Rabu, 05 Maret 2025

Romantisme Janda Kembang dan Anaknya

Sensualitasnya sebagai seorang ibu masih sangat menarik. Tidak langsing memang, namun sudah ada lemak di mana-mana layaknya seorang ibu. Setidaknya itu menurut Ical, anaknya.

Ical, seorang anak yang rajin, cuma agak kurang dalam hal olah raga. Terkadang, jika sedang berada di dekat mama, gundukan di celananya muncul. Lela, mamanya, bukan tak menyadari ini. Namun Lela biarkan saja hal itu.

Lela selalu berhubungan suami istri dengan suaminya secara rutin. Hingga saat bulan kemarin ketika suaminya meninggal. Kepergian suaminya yang tanpa pamit membuat Lela menjadi rentan, baik secara fisik maupun psikis. Namun Lela berniat agar selalu terlihat tegar jika sedang bersama anaknya.

Ical menyadari mama selalu menampilkan ketegaran jika di dekatnya, meski Ical tahu mama masih sangat terpukul. Sering Ical dapati mama sedang melamun, meratapi nasib. Hari ini mulai libur sekolah. Ical dengan riang pulang dari sekolahnya. Kepergian ayah yang baru kemarin membuat teman dan keluarga takkan curiga jika mama tak menampakan batang hidungnya, pikir Ical.

Saat Ical memasuki rumah, mama berbicara menyambut, sini nak, mama lagi bikin kue. Kamu mau susu sekalian gak?

Iya mah. kata Ical sambil ke dapur.

Udah dibawa rapotnya? Nilainya gimana sayang?

Mama sedang memakai celana jin. Sungguh seksi pantat itu, pikir Ical. Iya mah. Lumayan banyak delapannya. Dahi Ical mulai meneteskan keringat. Perutnya seperti diaduk, Ical tau sekarang waktunya untuk beraksi. Sekarang atau tidak sama sekali.

Bagus nak. Anak mama memang pintar. Ntar mesti kita rayakan.

Gimana kalau Ical ngentot mama dan mama lakuin semua perintah Ical?

Apakah dia mengatakan itu? Suaranya terdengar aneh. Raut wajah mama setelah mendengar itu sungguh sangat tak ternilai.

Lela terkejut. Lela harap ini hanya mimpi, tapi dia sendiri tahu dia tak sedang tidur. Anaknya ingin ngentot dirinya! Lela tahu kematian suaminya pasti berakibat pada tumbuh kembang anaknya. Lela harus bertindak… dan tetap tenang.

Kamu bilang apa nak?

Mama gak budek kan? Ical bakal ngentot mama. Mama sengaja selalu bikin kontol Ical tegang. Sekarang udah gak ada ayah yang bisa nolong mama. Ical mulai merasa percaya diri saat melihat mama diam kebingungan.

Ini pasti mimpi. Kamu gak mungkin ngomong gitu.

Sangkallah sepuasnya, inilah kenyataan. Jangan melawan kalau gak mau terima akibatnya.

Dunia Lela serasa berguncang mendengar kata-kata anaknya. Apalagi anaknya kini mulai maju mendekat, otomatis Lela pun mundur pelan-pelan hingga mentok di sudut. Mata Lela melihat pisau yang tergeletak di meja tak jauh dari dirinya. Namun kenyataan bahwa yang di depannya adalah anaknya membuat Lela bimbang tentang pisau tersebut.

Akhirnya anak itu berada tepat di depan mamanya.

Menjambak rambut mama memberi perasaan nikmat bagi Ical. Ical ingat saat dia disuruh membersihkan sesuatu, atau disuruh tidur di saat masih ingin melihat tv. Kali ini Ical ingin membalas perlakuan mama. Ical selalu merasa mama semena-mena terhadapnya, namun kini tiada lagi ayah yang bisa menolong mama.

Cium bibir Ical! Mama udah cium pipi Ical tadi pagi, sekarang cium Ical!

Porn
Ical agak tinggi sedikit dibanding mama. Posisi mama yang tersudut membuat Ical tinggal membungkuk sedikit agar bisa mencium mama. Sementara tangannya tetap mencengkram rambut mama, Ical menempelkan bibirnya ke bibir mama. Meski mama mencoba berontak namun Ical tak peduli. Ical berusaha memasukan lidah ke mulut mamanya.

Meski tak tahu apa-apa tentang full metal panic, namun Lela sangatlah panik. Sebelumnya Lela merasa nyaman di rumah berdua dengan orang yang sangat dicintainya, anaknya sendiri, yang kini sedang memaksanya. Lela mencoba mendorong tubuh anaknya, namun kalah tenaga. Yang bisa Lela lakukan hanyalah menutup bibirnya erat dan menggoyangkan kepala agar ciuman anaknya lepas.

Ical melepas bibir dan tangan kanan dari kepala mama, namun tangan kirinya tetap menjambak rambut mama. Dengan punggung tangan kanannya, Ical menampar pipi mama, dua kali.

Gw bilang cium gw!

Mulut Lela terbuka akibat kejutan dari tamparan tangan anaknya. Melihat kesempatan terbuka, mulut Ical kembali menyosor mulut mama dan memasukan mulutnya.

Lela tak pernah merasa malu saat berhubungan intim dengan suaminya, namun begitu Lela tak pernah berciuman seperti ini. Lidah anaknya seperti mau membersihkan rongga mulutnya. Rambut dijambak dan tubuh ditekan tak membuat Lela merasa nyaman.

Ical tak ingin melepas ciumannya, tapi ia mesti menghirup nafas. Kesempatan ini kembali digunakan mama untuk mendorong dadanya. Kayak pecun ini gak ngerti juga, pikir Ical. Lepaskan mama nak. Sadar nak… Mama mohon!

Ssshhh… Ical meletakan telunjuk di mulutnya, sudah mah, diam. Mau cium Ical lagi atau mau Ical perkosa aja?

Lela merasa air matanya menetes saat bibir anaknya menekan bibirnya lagi. Sungguh tak masuk akal. Lela selalu berusaha agar menjadi mama yang baik bagi anaknya. Bagi Lela, Ical merupakan anak yang pintar dan berbakti. Tapi kini semuanya berubah, meski tanpa serangan dari negara api.

Sudah tak terhitung berapa kali Lela mencium anaknya sebelum ini, namun tak pernah ia rasakan hingga membuat Lela mau muntah. Bagaimana mungkin naluri seorang ibu untuk mencium anaknya bisa menjadi sedemikian jijik.

Mmmffff… sudah… mmmfff…

Ical kembali menghentikan ciuman, kenapa mah? Sudah gak cinta sama anak mama lagi? Jangan muntah kalo lagi cium Ical! Mulut mama kan seksi, bisa Ical cium selamanya. Tapi bisa juga buat yang lain. Berlutut mah, liat apa Ical udah gede?

Lela benar-benar panik. Anaknya menjambak rambut ke bawah agar Lela berlutut. Anaknya bermaksud membuat dia menghisap kontolnya. Lela terjebak. Meski telah ditampar dan dicium, namun apa yang akan terjadi membuatnya makin takut.

Akhirnya Lela berusaha berkonsentrasi sambil berlutut.

Ical melepas tangan dari rambut mama yang sedang berlutut. Namun aksinya itu malah membuat Ical seperti diseruduk moncong banteng hitam. Mama menubruknya membuat Ical tak bisa menghentikan mama. Ical menyadari mama harus dihentikan, kalau tidak bisa menjadi kacau.

Lela hampir mencapai pintu saat bogem setengah matang mengenai kepalanya membuat Lela jatuh tersungkur. Lela merasa sakit, namun juga mengetahui anaknya masih belum sembuh total dari tumbukannya tadi. Lela masih mempunyai kesempatan dalam kesempitan.

Ical mencoba kembali menjambak rambut mama, namun mama keburu berbalik hingga membuatnya berhadapan. Ical lantas mencengkram kaos mama. Tangan mama kini memukul Ical, namun cengraman pada kaos mama tak juga lepas. Lutut mama memukul pinggang Ical hingga Ical mengaduh kesakitan.

Pintu rumah terlalu jauh, Lela memutuskan untuk melepaskan diri dengan satu lagi pukulan oleh lutut ke anaknya. Setelah itu Lela kabur ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

Meski kadang bermasalah sama mama, namun Ical tak pernah sekalipun ditampar dan atau dipukul mama. Kini mama harus membayar karena telah memukulnya. Ical mencoba membuka kamar mandi namun terkunci. Setelah mengetahui mama terkunci di dalam, Ical mulai mengatur nafas dan persendian. Ical sungguh ingin menghukum mama karena membuat semua ini kacau.

Sayang, mama sayang padamu. Kejadian hari ini gak pernah terjadi. Sayang… Mama tahu kamu kangen ayah. Mama takkan ngapa-ngapain. Kita lupakan saja yang terjadi. Sayang, kamu mengerti nak?

Waktu lu dah habis, Ical mulai melepas engsel pintu yang memang mudah dilepas karena merupakan pintu kamar mandi. Setelah lepas, pintu itu didorong, membuat mama terkejut. Refleks tangan mama menahan pintu yang didorong Ical.

Gak usah nangis mah. Sekarang udah waktunya ngelayanin Ical. Mama selalu buat kontol Ical tegang. Tapi sebelum itu, mama mesti dihukum karena udah nendang Ical.

Akhirnya pintu pun lepas dari tangan Lela hingga jatuh ke sampingnya. Sebelum Lela bereaksi, tamparan keras kembali bersarang di pipinya. Setelah itu tangan anaknya kembali menjambak rambutnya. Rambut Lela ditekan hingga wajahnya menempel ke toilet duduk.

Tadi pagi Ical pake toilet ini, sekarang waktunya mama bersihin. Ical sendiri merasa jijik dengan toilet itu, tapi penyiksaan mama membuatnya bersemangat.

Udah tugas mama bersihin toilet, jadi bersihin sampe bersih.

Ical mendorong wajah mama hingga mentok. Ical berharap mama menjulurkan lidah, namun sulit tentu saja. Akhirnya Ical tekan wajah mama ke toilet hingga mengenai airnya. Ical tekan terus kepala mama dalam waktu yang agak lama agar mama tak lagi melawan.

Mama mesti bersihin toiletnya kecuali mama mau jadi toiletnya.

Lela makin panik dalam keadaan wajah di air. Lela menekan kepala ke atas namun begitu lepas dari toilet, bogem setengah matang kembali mendarat di wajahnya. Lela sungguh ingin mati. Anaknya kini memutar kepala Lela hingga bagian belakang kepalanya yang mengenai air, sedang wajahnya melihat ke langit-langit.


Minum ini semua! anaknya kini memposisikan selangakangannya di hadapan wajah Lela.

Belum reda kejutan saat melihat kontol anaknya yang tegang, kini wajah Lela mulai disemprot air kencing yang keluar dari kontol anaknya itu. Tertekannya leher pada mulut toilet dan wajah yang ditekan oleh selangkangan anaknya membuat mulut Lela tak bisa menutup sebelum mulutnya dipenuhi air kencing anaknya.

Mama udah ngelatih Ical pipis. Ingat gak dulu Ical suka ngompol sembarangan hingga lantai jadi basah. Sekarang Ical udah bisa atur kencing Ical. Buka terus mulutnya mah, Ical masih pingin kencing.

Aslinya mungkin hanya sekitar satu menit atau dua, namun bagi Lela serasa bertahun-tahun lamanya. Lela beberapa kali tersedak air saat wajahnya dibenamkan ke toilet. Kini Lela kembali terpaksa menelan air kencing anaknya yang kotor. Lela hampir kejang saat terbatuk mencoba memuntahkan air kencing.

Waktunya mengikat mama, pikir Ical. Ical mengambil selotip lalu membaringkan mama di kamar mandi. Mama sudah lemas setelah dibenamkan ke air dan dikencingi. Ical mengikat pergelangan tangan mama di belakang punggung dengan selotip. Setelah itu, Ical mengikat lengan mama membuat susu mama agak membusung.

Ical lalu menggunting kaos mama hingga terlihatlah gundukan susu yang ditutupi bh. Bh itu dikeataskan oleh Ical hingga susu mama terlihat. Setelah itu Ical mencoba melepas celana jin mama. Ternyata celana jin mama sangat ketat, meski akhirnya berhasil dilepas juga.

Warna cd mama ternyata putih, seperti warna bhnya. Menarik melihat tubuh mama yang masih bersih, sebelum dibuat kotor. Lela sedikit mengangkat pantat saat anaknya menarik cd agar lepas. Ical melihat itu sebagai tanda menyerah dari mama.

Lela mulai kembali tenang hingga menganalisa situasinya. Mulutnya masih merasakan rasa tak enak dari air kencing anaknya. Satu-satunya yang masih melindunginya adalah cdnya.

Berhubung kamar mandi di rumahnya memiliki bathtub, maka anaknya menutup penutupnya dan mengisinya dengan air

Mama kotor banget, Ical mau bersihin dulu sebelum Ical pake. Mama jangan nakal. Ical bakal masukin kontol Ical ke tiap lobang di tubuh mama.

Mama bakal menjerit nak.

Jangan.

TOOOLLLOOONNGGGG.

Mama gakkan bisa teriak jika dalam air.

Layaknya boneka, Lela dimasukan ke tub oleh anaknya. Dengan tangan terikat di belakang punggung, Lela hanya bisa tercebur pasrah. Ical ikut naik ke tub dan berdiri diatas tubuh mama. Jika mama bersuara lagi, Ical tinggal mendorong kepala mama hingga masuk air.

Abis dikencingi mama jadi kotor. Ical mesti mandiin mama biar bisa dikotori lagi.

Kepala mama ditekan hingga masuk air, lalu diangkat. Begitu terus beberapa kali. Isep kontol Ical mah!

Tiada lagi perlawanan yang bisa dilakukan Lela selain mencoba menutup mulut agar kontol anaknya tidak masuk. Ical menjambak rambut mama dan mendekatkan mulut ke kontolnya. Buka mulutnya terus isep!

Lela tak jua membuka mulut. Lela tak ingin mulutnya diperkosa oleh anaknya sendiri. Rambut Lela ditarik hingga kepala Lela kembali masuk ke air. Tak mungkin Lela melawan dengan tangan terikat. Lela memilih lebih baik mati daripada menuruti anaknya.

Wajah Lela tergenang oleh air. Ical tahu sebentar lagi mama akan membuka mulutnya. Ical lantas berlutut dan menempatkan kepala mama diantara lututnya. Agar saat mulut mama terbukan, Ical bisa langsung memasukan kontolnya. Masih Ical lihat mama yang mencoba menahan nafas.

Akhirnya mama mulai terlihat kehabisan nafas. Meski mama ingin mati, namun naluri manusia akan berontak dengan keinginan untuk mati. Begitu mulut mama terbuka, Ical langsung memasukan kontolnya. Setelah kontol ada di mulut mama, Ical langsung mengangkat mama hingga duduk di tub dan Ical berdiri. Kontolnya di mulut mama.

Waktunya untuk yang lain, pikir Ical. Ical lalu menjambak rambut mama hingga berdiri, lalu melemparnya keluar dari tub. Di lantai, Lela jatuh tersudut. Ical mendekati mama, tangan kiri meraih rambutnya sementara tangan kanan menampar pipi mama dengan belakang tangannya.

Jangan berontak terus mah. Isep kontol Ical. Mama udah bikin kontol Ical tegang. Atau mau Ical perkosa?

Jangan sakiti mama nak.

Buka mulut mama!

Lela tak tahan lagi akan penyiksaan ini. Akhirnya Lela menyerah dan mulai membuka mulut. Tanpa buang waktu, mulut itu segera diisi kontol anaknya. Pipi mama kembali dibasahi air matanya sendiri.

Ical tertawa sambil memegang rambut mama. Mama kini menjilati testis dan kontolnya. Isep terus. Sekarang mama jadi tukang isep kontol. Jadi gak usah nangis. Pake lipstik dulu, Ical pingin kontol Ical ada bekasnya.

Setelah itu Ical keluar dari kamar mandi, dan kembali lagi membawa lipstik. Lipstik itu dilempar ke lantai. Ambil, terus pake!

Lela mengambil lipstik dan memakainya. Dunia Lela seakan berubah. Anaknya menyerangnya, memukulnya, menelanjanginya, mengencinginya, sekarang memegang kepalanya menghadap cermin sementara Lela memakai lipstik. Di cermin, Lela melihat tubuh telanjangnya. Matanya sudah mulai terlihat memar. Anaknya tersenyum melihat pantulan wajahnya di cermin.

Udah cukup pake lipstikya.

Lela kembali menghisap kontol anaknya disertai jilatan. Terlihat tempelan lipstik di kontol anaknya. Isepan Lela membuat kontol itu tak bisa bertahan lama hingga akhinya menyemburkan pejunya. Saat semburan pertama usai, Lela menarik kepala hingga kontol anaknya lepas. Semburan berikutnya mendarat di wajah dan matanya.

Jangan seka wajah mama kecuali mau dipukul lagi.

Ical pergi lalu kembali lagi membawa kamera. Untuk apa ntar hasil fotonya, itu masalah nanti, pikir Ical.

Senyum mah, kita masukan nanti ke internet. Kalau perlu, kita pajang juga di rumah.

Kenapa kamu lakuin ini nak? Kenapa kamu perkosa mamamu? Apa kamu sudah tak sayang lagi sama mama?

Tentu saja Ical sayang sama mama. Ical sayang saat mama isep kontol Ical. Ical juga bakal sayang saat ngentot mama sampai hamil.

Jangan! Jangan sama mama nak!

Iya, Ical bakal bikin mama jadi mama baru lagi.

Anaknya jadi bersikap tak masuk akal. Lela merasa tak terlindungi setelah kematian suaminya. Benarkah anaknya sejahat itu?

Ical akan terus entot mama hingga hamil. Biar orang penasaran kenapa mama bisa hamil padahal ayah udah gak ada.

Kamu gak boleh melakukan ini pada mamamu sendiri. Mama gakkan hamil anakmu.

Mending ke kamar mama aja yuk!

Lela kembali menjerit, berharap ada seseorang yang mendengar.

Diam! Ical lalu menbekap mulut mama, untung masih ada lakban tersisa.

Ical sangat suka melihat kepala mama yang penuh lilitan. Meski mama masih mencoba berteriak, namun sudah tak sebising tadi karena terhalang lakban.

Ical lalu menyeret mama ke kamarnya dengan menjambak rambutnya. Mama turut bergerak akibat rasa sakit pada kepala. Terkadang Ical membiarkan wajah mama terseret ke lantai sementara rambutnya ditarik, membuat wajah mama terasa panas. Hingga sampailah mereka di kamar.

Sekarang gak ada yang bisa mendengar teriakan mama. Sejak ayah gak ada, mama belum dientot. Jadi sekarang waktunya mama ngentot. Biar Ical yang ngentot mama. Mama selalu bisa bikin kontol Ical keras. Naik ke kasur!

Lela tak berdaya saat dilempar ke kasur oleh anaknya. Meski lakban di tangannya agak kendor, namun masih tetap tak bisa melepas tangannya. Lela hanya berharap belas kasih, namun sepertinya anaknya takkan berbelas kasihan padanya.

Kontol Ical udah ngaceng lagi. Gak ada waktu bersihin wajah mama, langsung aja buka kaki mama!

Dengan pasrah Lela membiarkan kakinya dibuka oleh anaknya. Kontol anaknya lalu dimasukan ke memek. Setelah masuk, meski dengan agak susah, Ical diam sebentar, lalu menghela nafas.

Rasain nih kontol Ical. Ical menatap wajah mama yang sedang menangis. Liat nih lonte, anak sendiri dientotnya.

Lela tak berkutik saat peju anaknya mulai mengisi memek. Pejunya masih saja banyak meski tadi sudah keluar. Lela benar-benar sudah merasa hancur. Anaknya sendiri memperkosanya.

Ical memikirkan mama sambil makan di dapur. Celanaya serasa tak nyaman. Akhirnya mimpinya terjadi juga. Bisa ngentot mama. Andai Ical merasa sesal, tentu takkan lagi ada tonjolan di celana seperti sekarang ini. Harus dilakukan sesuatu agar kontolnya tak tegang lagi, pikir Ical.

Dulu, jika kontolnya ngaceng, Ical biasanya ke kamar mandi untuk masturbasi. Tapi sekarang, ada cara baru. Ical merasa hidup di alam mimpi. Begitu mudahnya melakukan apa yang selalu Ical impikan. Liburan di rumah dimulai dengan memperkosa mama. Meski pemerkosaan itu harus dengan sedikit bermain fisik.

Ical kembali ke kamar mama sambil memikirkan langkah selanjutnya.

Lela dibiarkan sendiri, menangis hingga tertidur. Anaknya memperkosanya. Bahkan mengancam akan menghamilinya. Lela sangat tersiksa tapi tak kuass melawan.

Setelah anaknya mengentotnya, terpercik sedikit penyesalan di matanya. Lela berharap percikan itu membesar dan membuat anaknya sadar. Anaknya telah keluar, bahkan dua kali. Lela harap anaknya telah puas. Namun semua harapan Lela sirna saat anaknya mengikat kaki ke ranjang. Meski terikat, akhirnya Lela tertiduga sementara anaknya istirahat untuk ronde berikut.

Bangun Mah! Ical berdiri di sisi kasur sambil melepas celananya. Ical tak memahami kata-kata yang keluar dari mulut mama yang terlakban.

Kenapa lagi mah? Ical tau mama juga seneng saat dientot Ical. Mama mau Ical ngentot mama lagi? Tenang saja mah, malam masih panjang. Udah sejak lama Ical pingin ngentot mama, tapi ayah pasti marahin Ical. Sekarang udah gak ada ayah jadi mama bisa ngentot Ical kapan saja.

Ical kembali bicara untuk menutupi kebingungannya. Ical bingung mesti mulai dari mana sekarang. Ical paham, jika kita memperkosa, selalu timbul penolakan dari korbannya. Teriakan dan tatapan mama masih membuat Ical terangsang, tapi di sisi lain Ical ingat saat-saat mama membantu mengerjakan sesuatu, pr misalnya.

Isep kontol Ical lagi. Jika mama teriak atau melawan setelah lakban lepas, akan Ical pukul mama hingga tak berkutik. Jadi diam saja saat Ical buka lakbannya.

Anak itu lantas ke dapur mengambil pisau. Ical juga membawa kamera.

Lela melihat anaknya membawa kamera dan pisau. Lela hanya diam saat anaknya mencoba memotong lakban di kaki dan kepalanya.

Leta melihat pisau dan kamera sebagai remaja horny kembali ke kamar tidur. Dia hanya harus menunggu sebagai anak memotong kakinya longgar dan dari mulai mencoba untuk memotong pita off kepalanya. Itu terlalu ketat.

Jangan gerak mah, biar pisaunya gak nusuk.

Awww… Sudah nak… Hentikan.

Ocehan mama tak dianggap oleh anak itu.

Apalagi yang akan kamu lakukan nak?

Ical mengira mama pasti sangat bodoh sampai bertanya begitu.

Ical ingi mama berlutut, kata Ical sambil menarik mama dari kasur dan membuatnya berlutut. Ical menyadari mama kini lebih menurut dibanding saat di kamar mandi.

Bagi anak itu, dicium mama merupakan hal wajar yang selalu dilakukan mama jika pergi atau kembali.

Cium kontol Ical. Tunjukan kalau mama suka jadi tukang isep kontol.

Tangan anak itu memegang rambut mamanya. Terpikir oleh Lela untuk menggigit kontol itu sekeras mungkin. Namun, apa pun yang telah dilakukannya, dia tetaplah anak Lela. Lalu Lela mencium kontol anaknya.

Ical tau mama suka. Jilat kayak permen mah. Ical pernah liat di film kalau cewek bisa isep kontol semuanya. Ayo coba mah!

Lela jadi menurut saat acara isep kontol. Lela biarkan anaknya mengontrol tempo dengan memegang kepalanya. Lela juga mainkan lidah di batang kontol itu. Saat anaknya mendorong kepala agar lebih bawah, Lela menjilati testisnya. Lela bahkan yakin permainan lidahnya bakal membuat anaknya keluar, namun anaknya malah menekan kepala hingga kontol itu mentok sampai tenggorokannya.

Ayo mah, mama bisa.

Lela mencoba rileks agar tak tersedak. Saat-saat dulu bersama suaminya, Lela tak pernah bisa nyepong mentok hingga tenggorokan berlama-lama. Kini Lela mencoba bertahan meski yang diisepnya adalah kontol anaknya.

Senyum mah, biar bagus di fotonya.

Kembali Lela ingin menggigit saat mendengar ucapan anaknya. Tapi percuma, Lela tak ingin menyakiti anaknya. Lebih baik dirinya yang tersiksa meski harus melayan nafsu seks anaknya…

Masukin lagi yang dalam.

Ical mulai mendorong paksa kontol membuat Lela mulai tersedak. Testis anaknya Lela rasakan mulai menyentuh dagunya. Ical menekan kontolnya setelah mentok dan mendiamkan beberapa saat. Setelah itu, Ical melepaskan kontol dari mulut mama. Kesempatan itu dipakai Lela untuk menghirup nafas dan berbicara.

Ical, kamu tahu ini dosa nak. Kamu masih muda. Ingat nak, ingat mamamu, bukan istrimu. Biarkan mama pergi sekarang. Biar mama ke dokter biar gak hamil.

Enggak mah. Jika mama mencoba menggagalkan kehamilan mama, Ical akan hukum mama.

Kamu tahu mama takkan aborsi nak, tapi mungkin kita bisa melakukan yang lain pagi-pagi setelah mama minum pil.

Takkan Ical biarkan mama seperti itu. Mama mesti dihukum udah ngomong aneh-aneh. Nungging mah, biar Ical rasakan anus mama.

Jangan nak, mama tak pernah melakukannya.

Kalau mau dilakban lagi, teriak saja mah!

Jangan iket mama lagi. Lepasin tangan mama biar bisa nungging nak.

Ical gak peduli. Mama pasti kabur kalau Ical lepasin iketan mama.

Anak itu mengangkat mama dan membaringkan di kasur hingga wajah mama menempel kasur. Kini anak itu mencoba mengangkat pantat mama hingga agak naik. Jika tadi sang mama menurut saat acara isep kontol, kini berbanding terbalik dengan terus menggerakan pantatnya. Pusing karena liat pantat mama bergoyang-goyang, Ical menarik rambut mama keras-keras.

Ow… rambut mama…

Makanya diam biar gak botak. Atau mama pingin dipukul, sakitnya terasa terus sampai seminggu lho.

Lela paham, bajingan kecil ini tak bercanda. Berontak atau tidak, dia akan tetap mengentotnya. Lela mulai menyadari posisi anaknya. Kini Lela berusaha untuk tak memuaskan anaknya dengan cara tak berteriak, meski hatinya melara-lara. Memang begini adanya.

Ical senang pantat mama berhenti bergoyang. Tangannya masih memegang rambut mama, namun tangan yang satunya lagi dipakai untuk membimbing kontol ke anus mama.

Seretnya anus mama tak seperti memek mama. Kontolnya agak kesulitan untuk menembusnya. Ical terus berusaha mendorongnya. Sungguh nikmat rasanya dijepit anus mama yang sangat sempit. Ical takut sempitnya anus bakal membuat kontol cepat keluar. Ical ingin momen ini berlangsung lama. Satu-satunya yang kurang adalah mamanya diam tak berteriak.

Gimana rasanya? Sakit hah? Kayak lonte murahan.

Lela ingin teriak. Ternyata sakitnya seperti kata orang-orang. Anaknya benar-benar luar dari pada biasa. Lela pernah membaca di majalah saat wanita pertam kali melakukan anal seks. Lela tak tahu apakah anusnya berdarah, namun dari sakit yang ditimbulkan membuat Lela yakin telah berdarah. Namun Lela masih tak mau teriak hanya untuk memuaskan anaknya.

Ical mulai memompa kontol di anus mama. Sepertinya sedikit ada perubahan, anus mama seperti menyesuaikan. Namun memang sebentar saja sudah membuat Ical merasa hampir keluar.

Biar Ical benihi lagi lonte murahan ini.

Jangan nak. Jangan bajingan…

Ical mencabut kontol dari anus lalu memasukan ke memeknya. Setelah itu Ical menyemprotkan peju di memek mama hingga habis. Beberapa saat kemudian dicabut kembali kontol dari memek mama.

Ical kembali menarik rambut mama hingga mama terlentang di kasur. Ical diamkan selama beberapa saat hingga Ical merasa ingin kencing. Ical lantas mengencingi cd mama hingga basah seluruhnya. Setelah itu, Ical memasukan cd mama yang sudah penuh air kencing ke mulut mama, lalu menutupnya dengan lakban.

Satu minggu hampir berlalu namun Ical masih khawatir. Mama masih melakukan perlawanan. Ical jadikan mama toilet, menamparnya beberapa kali. Memasukan kontol di seluruh liang yang bisa dimasuki, namun mama masih menangis dan menyuruhnya berhenti agar membiarkan mama sendiri. Bahkan stok makanan di rumah pun mulai menipis.

Ical mulai merencanakan hal baru. Suatu sore, Ical pergi ke warung lantas membeli sosis mentah, bukan sosis siap makan. Malamnya Ical lantas pergi ke suatu tempat. Tempat di mana terdapat anjing peliharaan. Ical memberikan sosis yang langsung dimakan anjing itu. Besarnya tubuh anjing seperti lebih besar dibanding mama.

Ical pegang bawah anjing itu, ternyata jantan. Ical kocok kontol anjing itu hingga keluar membasahi tangannya. Rumah empunya anjing terlihat kosong tiada penghuni. Ical bawa anjing itu ke rumahnya. Awalnya anjing ragu ikut Ical, namun setelah diberi satu sosis lagi, anjing pun mengikuti.

Lela sedang terikat di ranjang, dengan mulutnya berisi cdnya. Lela tertidur lelah setelah dientot anakny empat kali. Andai yang ngentot bukan anaknya, Lela akan mengagumi staminanya. Lela dientot hampir dua atau tiga jam sehari. Bahkan Lela merasa seks yang diberikan anaknya seminggu ini lebih baik dari yang diberikan suaminya saat masih ada.

Ical membangunkan mama yang langsung menjerit saat melihat anjing. Anak itu rupanya serius. Lela serasa sakit menyadari apa yang akan terjadi namun tak berdaya saat anaknya menyeretnya hingga ke lantai.

Biar anjing ini tahu isepan mulut mama bisa nikmat.

Lela tak lagi teriak saat cd di mulutnya dilepas.

Jangan nak. Mama lontemu. Mama tukang isep kontol. Itu kan yang mau kamu dengar. Mama mohon jangan biarkan anjing itu menyentuh mama.

Mama pasti tak mau jadi lontenya anjing. Lucu dengar mama ngomong kayak lonte. Buktiin kalau mama lonte Ical. Entot anjing ini, abis itu Ical lepasin iketan mama dan Ical biarkan mama punya anak Ical sebanyak-banyaknya.

Jangan nak. Biar mama isep kontol kamu. Mama pake lipstik, spesial buat kamu. Kamu bisa semprot wajah mama pake peju. Mama mohon jangan biarkan anjing ini.

Jilat tangan Ical.

Iya sayang, mama akan jilat tangan Ical, mama akan isep jari-jari Ical. Kamu suka nak? Kamu mau lontemu isep apa lagi?

Sekarang mama isep kontol anjing itu sehabis mama rasain pejunya dari tangan Ical.

Oeehhkk… ampun nak.

Jangan diludahkan. Mama suka kan. Biar anjing ini keluar di mulut mama. Mama minum pejunya.

Dasar anak bajingan. Mama gakkan melakukannya.

Oh, tentu mama akan melakukannya.

Oee… jangan pukul mama… Nak…

Ngomong dong lonte.

Iya… iya… mama akan ngentot anjing itu. Mama lontemu.

Ical tau mama akan kabur kalau Ical lepasin iketannya. Makanya Ical bakal poto mama yang lagi ngentot sama anjing. Biar tersebar kalau ada apa-apa. Sekarang berlutut!

Lela tahu dia sudah kalah. Diperkosa anaknya sungguh mengerikan. Dijadikan toilet juga mengerikan. Namun yang lebih mengerikan dari semua itu dan dibuahi anaknya adalah disuruh ngentot anjing.

Anjing itu senang liat teman baru manusianya memukul manusia lainnya. Apalagi saat tangan manusia itu membuat kontolnya keluar. Anjing itu ingin kembali merasakannya, namun nalurinya mengatakan untuk menunggu. Jadi anjing itu mengikuti manusia ke tempatnya. Ternyata di tempatnya sudah ada manusia lain yang terikat.

Ical menjambak rambut mama hingga mama bisa menjilati kontol anjing. Anehnya anjing itu sangat tenang dalam situasi ini. Apakah anjing ini reinkarnasi manusia, pikir Ical.

Bagus, gimana njing, enakkan mulutnya. Lu bisa keluarin peju lu di mulut lonte ini biar dia minum. Lu juga bisa ngentot memeknya, kalau ada waktu bahkan bisa anusnya juga. Tapi gw mesti balikin lu bentar lagi.

Anjing tak mengerti ucapan manusia itu tapi sepertinya dia suka melihat anjing menggerakan kontolnya. Ini lebih nikmat dibanding sama manusia tadi. Tak seperti saat lidah anjingnya sendiri menjilati, lidah manusia ternyata lebih nikmat. Anjing akhirnya siap memberi manusia ini sesuatu untuk ditelan.

Peju panas pun langsung menyembur ke tenggorokan Lela. Lela melepas kontolnya hingga peju itu mendarat di matanya. Anehnya kontol anjing itu malah makin besar dari sebelum keluar. Lela tak berkutik karena masih dalam kontrol anaknya.

Anjingnya keluar juga. Gimana, udah minum pejunya gak? Enakkan?

Lela menjawab dengan meludah.

Minum atau Ical pukul lagi. Ical mau foto, pose dengan kontol anjing di mulut mama!

Lela melakukannya dengan ragu-ragu sementara anaknya bersiap dengan kamera. Lela masih mencoba memikirkan untuk mengakhiri penghinaan ini. Setelah foto ini ada, Lela akan terjebak selamanya. Tangan Lela bisa bergerak sedikit dalam iketan, namun masih belum bisa bebas.

Ical tertawa sambil mengambil foto.

Pastikan kontol anjing itu terlihat masuk mulut mama. Ical mau wajah mama mudah dilihat di foto. Penuhi wajah mama dengan peju anjing biar orang tau mama udah isep kontol anjing hingga keluar.

Lela merasakan hangatnya air mata membasahi pipi saat dia berpose untuk foto. Kamera terus-terusan mengambil fotonya.

Oke, Ical masukin dulu ke komputer agar foto ini aman. Setelah itu Ical lepas iketan mama biar bisa ngentot anjing.

Lela tak pernah bebas seminggu ini, namun kali ini rasanya percuma. Lela tak mau fotonya yang sedang menghisap kontol anjing tersebar di internet. Anaknya menang, sementara ia kalah.

Sekarang nungging, kasih tau anjing itu betapa ramahnya lonte betina ini.

Kamu mau mama mohon? Kamu mau mama nangis saat anjing ini coba hamilin mama? Ayo sini, baui lonte ini. Lonte ini siap untuk anjing. Perlakukan lonte ini selayaknya.

Melihat manusia betina ini merangkak membuat anjing bangkit. Anjing ini lantas mencengkramkan kaki depan di punggung manusia betina ini, sementara kontolnya berusaha dimasukan ke liang manusia ini.

Lela menjerit saat kontol anjing mulai memasuki memeknya. Lela juga merasakan cakar anjing di pinggang dan kaki saat anjing itu mulai memompa. Anaknya menyuruh lela diam, lalu anaknya mulai bertingkah.

Ini kali pertama lela diserang secara ganda. Kontol anjing mengentot memeknya sementara kontol anaknya mengentot mulutnya. Anjing itu akhirnya memuncratkan peju di memeknya. Anaknya terlihat senang melihat peju anjing menetes dari memeknya.

Anaknya memfoto saat anjing itu masih menancapkan kontol di memeknya. Bahkan anaknya menyuruhnya tersenyum. Setelah beberapa saat, akhirnya anjing melepas kontol dari memeknya dan turun dari punggungnya. Anaknya bahkan menyuruhnya membersihkan kontol anjing.

Ical senang mama akhirnya tunduk juga. Ical memutuskan untuk mengetesnya kali terakhir.

Buat anjing ini kencing ke mulut mama, biar dia tahu mama milik anjing ini.

Gimana caranya nak?

Ical kencing dulu biar dilihatnya. Jadi anjing ini tahu mulut lonte ini tempat kencing. Saat anjing ini kencing Ical akan foto. Jika mama nurut, Ical lepas iketan mama seterusnya lalu kita bisa belanja esok hari.

Oke sayang, kencingi mulut mama.

Ical berdiri dekat mama lalu kencing ke mulut mama. Anjing lalu bangkit memperhatikan. Anjing itu selesai ngentot lonte. Lonte ini milik anjing. Anjing ini membuat wajah lonte basah. Manusia ini sekarang milik anjing.

Ical memberi sisa sosis ke anjing sebagai hadiahnya. Setelah itu anjing dikembalikan. Lela protes saat anaknya mengikatnya sebelum pergi, namun tak berontak. Iketan itu akhirnya lepas saat Lela dibiarkan tidur.

Akhirnya Ical memiliki mama seutuhnya.

Sekian.

Selasa, 04 Maret 2025

Pergulatan Batin Anakku

Rina menyaksikan kepergian suaminya dari teras rumah. Setelah suaminya hilang dari pandangan, Rina lantas masuk ke rumah. Pekerjaan suaminya memang membuatnya sering bepergian ke luar kota. Rina memang tidak setuju dengan pekerjaan suaminya yang sering meninggalkannya ke luar kota, namun biarlah, pikir Rina selama masih pergi ke kota lain, asal jangan pergi ke rahmatullah.

Setelah masuk, pintu dikunci dan Rina beranjak ke dapur. Ternyata, di dekat pintu, ada anaknya, Henri, yang sedang menatapnya dengan tatapan yang menurut Rina sangatlah aneh.

Porn


“Kenapa kamu nak? Apa kamu gak enak badan?”

“Aku hanya gak sabar menunggu tua bangka itu pergi.”

“Apa katamu?”

Rina mundur satu langkah, lantas menatap anaknya, dengan wajah penuh keterkejutan.

“Kamu gak tuli kan. Aku bilang aku gak sabar menunggu kamu masuk,” kata Henri dengan mata melotot.

“Jaga kata - katamu!” kata Rina gemetar menyadari tatapan anaknya yang liar, nakal, brutal membuat Rina menjadi gempar.

“Aku bicara sesukaku.”

“Henri, kamu makan apa tadi?” Rina melangkah lagi, mundur.

“Namaku Dudung! Jangan samakan aku sama si lembek Henri!”

“Apa, apa artinya ini? Mama gak ngerti, Ri”

“Kamu tuli ya?”

Rina semakin takut saat anaknya mendekat, lantas memegang bahunya.

“Jangan Hen, hentikan nak!”

Rina terkejut saat telapak belakang tangan anaknya menampar pipinya dengan kuat. Sekuat macan. Memang anaknya suka makan biskuit yang ada gambar macannya.

“Dengar, aku kasih tahu sekali lagi. Jadi perhatikan, namaku Dudung. Paham?”

“Iya, Dung,” Rina memegang pipinya yang sakit akibat tamparan anaknya.

Porn


“Bagus, gitu dong,” Henri tersenyum puas.

Rina bingung tak tahu apa yang harus dia lakukan saat menyadari kalau dia tersudut, punggungnya mentok menempel ke tembok, sedang di depannya ada anaknya yang bertingkah diluar dari kewajaran. Henri, anak semata wayangnya, selalu seperti wayang. Tak pernah bertingkah aneh, apalagi memberinnya masalah dan atau masbuloh.

“Dung,” Rina akhirnya berkata - kata saat melihat anaknya seperti serigala kelaparan yang melihat domba. “Mau ngapain kamu?”

“Gini Rin, kurasa sekarang saatnya aku dan kamu untuk lebih saling kenal lagi.”

“Maksudnya apa?”

“Maksudku,” Henri tersenyum saat tangannya memegang lengan Rina. “Aku ingin ingin mengenal kamu lebih dekat lagi.”

“Apa… apa…” Rina terisak saat tangannya ditekan hingga ke belakang tubuhnya, “mau apa ini?”

Rina berontak mencoba melepas cengkraman tangan anaknya agar tangannya tak dikebelakangkan tubuhnya, namun sia - sia sudah. Anaknya terlalu kuat hingga kedua tangan Rina akhirnya ada di belakang tubuhnya, terkunci oleh pegangan satu tangan anaknya. Sedang tangan satunya lagi mulai memegang kancing bajunya.

“Jangan Henri, nyebut!”

“Kali ini aku maafkan,” tangan Henri mulai melepas kancing satu persatu, “tapi kalau sekali lagi kau sebut Henri, rasakan akibatnya.”

Meski gemetar akibat rasa takut dan jijik, namun Rina menunduk melihat kancing bajunya yang mulai lepas satu per satu.

“Aku yakin, dibalik pakaian ini,” Henri tertawa saat semua kancing lepas. “Tubuhmu sangatlah seksi.” kali ini tangannya melepas sabuk.

“Jangan, demi tuhan. Jangan teruskan!”

“Kenapa jangan?”

“Aku mamamu nak!”

“Kamu mamanya si banci Henri. Bagiku, kamu bukanlah siapa - siapa.”

“Oh, ada apa denganmu nak?”

Henri melepas cengkraman pada tangan mamanya, mundur selangkah lantas kembali menampar pipi mamanya membuat tersungkur hingga duduk di lantai.

“Dengar Rin, kalau kamu pilih berontak, biar tangan ini yang bicara. Kalau aku jadi kamu, mending aku diam saja, bahkan biar mengalir mengikuti arus. Siapa tahu malah bakal ikut menikmati.”

Lidah Rina mengusap gusinya. Rina merasakan darah. Untungnya anaknya hanya menampar, tidak memukulnya. Lidahnya kini menjulur mengusap darah yang ada di sisi bibirnya.

“Aku harap kamu mengikuti saranku.”

Tangan Henri meraih baju Rina, lantas melepasnya. Rina takut. Rina ingin menghentikan anaknya, tapi tahu apa yang akan terjadi seandainya Rina mencoba berontak. Maka Rina diam saat saat anaknya melepas bajunya. Rina berharap, suatu saat anaknya lengah dan Rina bisa lari. Baik lari kabur dari rumah dan atau lari dari kenyataan ini.

Anaknya menarik diri Rina hingga berdiri. Kini Rina berdiri di hadapan anaknya dengan hanya berbalut cd dan bh saja.

“Wow,” Henri tersenyum penuh kemenangan.

Porn


Kenapa aku mengalami hal seperti ini? Batin Rina berteriak “Bagaimana bisa aku biarkan anakku menatapku seperti ini.” Merasa telanjang, Rina lantas mengangkat tangan mencoba menutupi dadanya. Namun saat anaknya menggerakan tangan, Rina kembali membiarkan dadanya tak tertutupi tangan.

“Nah, bagus. Rupanya kamu belajar dengan cepat.”

“Hentikan semua ini. Tolonglah!”

“Berputarlah, biar aku lepas bhnya!”

“Jangan!”

Air mata Rina, jatuh tak tertahankan hingga bercampur dengan darah yang kembali menetes dari sisi bibirnya.

Dengan memengang lengan Rina, Henri membuatnya berbalik. Tangan Henri melepas kaitan bh dan kembali membalikkan tubuh Rina. Rina merasa risih berdiri hanya berbalutkan cd di hadapan anaknya.

“Oh, jangan Henri, jangan!”

“Dudung, anjing. Dudung!”

Rina selalu merasa bangga akan payudaranya, namun kini, kebanggaan itu sirna. Rina malah berharap tak memiliki payudara. Mungkin anaknya takkan berbuat seperti ini andai Rina tak memiliki tubuh yang menarik. Tersedu - sedu, Rina kini menyadari tak bisa berbuat apa - apa lagi.

“Ternyata lebih seksi dari yang aku bayangkan,” suara Henri lirih sambil tangannya menjangkau putting Rina. “Seksi bener.”

“Oh tuhan, jangan!”

Rina berharap dapat keluar dari situasi ini dan bahkan mati saja sekalian.

“Kamu mau melepas cdmu? Atau mau aku yang lepaskan!”

“Jangan!”

“Baiklah kalau gak mau.”

Tangan Henri kini menjangkau pinggul mamanya.

“Tunggu, biar mama lepas!”

Henri menarik lagi tangannya lantas melihat Rina melepas cdnya. Setelah lepas, tubuh Rina bergetar akibat isakannya. Tubuh Rina lantas diputar hingga menghadap tangga.

“Yuk!”

Kaki Rina seolah beku tak bisa didiamkan hingga pantatnya serasa disengat akibat tamparan anaknya. Rina lantas melankah ke tangga.

“Tadinya aku mau ngentot kamu di kasurnya si Henri, tapi kasurmu lebih luas.”

Rina melangkah pasrah. Otaknya mulai berpikir. Sukses itu, bagi sebagian orang, adalah menggerakan lautan manusia, bukan menggerakan roda perusahaan. Bagi orang lain lagi, melukis dengan cahaya. Tapi bagi Rina, sukses itu, dapat keluar dari keadaan, situasi ini. Akhirnya Rina sampai di kamarnya, tempat dia dan suaminya.

Di kasur, Rina melihat anaknya yang melucuti pakaiannya sendiri.

“Oh Tuhan.”

Tanpa sadar, Rina terpukau melihat kemaluan anaknya yang lebih besar dari suaminya.

“Ntar juga kamu akan suka, bahkan ketagihan. Setelah mencobanya.”

“Dasar anak jahanam. Kamu akan menyesali ini!”

“Tentu tidak. Sayang sekali si banci Henri gak ada di sini ngeliat kita!”

“Aku benci kamu. Siapa pun kamu!”

“Jangan begitu. Jangan sakiti perasaanku!”

“Kamu gak berperasaan. Bagaimana bisa kamu berlaku seperti ini?”

“Udahlah. Berbaringlah!”

“Aku benci kamu. Terkutuk kamu,” Rina tetap berkata - kata sambil berbaring. “Kamu akan terbakar di neraka sana!”

“Hahaha… jadi kamu mau mengirim anakmu sendiri ke neraka? Akulah pendekar terkutuk pemetik bunga!”

Henri kini berlutut di atas perut Rina.

“Kamu mau nyoba dulu, sebelum dimasukin ke oven?”

“Bajingan kamu?”

“Ayolah, dia ingin dicium kamu?”

“Dia juga bajingan!”

“Jangan begitulah!”

Rina mulai memajukan kontol ke bibir Rina.

“Kalau kamu perlakukan temanku ini dengan buruk, akan aku beri pelajaran lagi.”

“Bajingan!”

Rina mulai membuka mulutnya. Henri mendorong kontol hingga helmnya mulai masuk ke mulut Rina.

“Isep dikit dong. Inget, kena gigi uang kembali!”

“Mphmph…”

Rina mulai menekan gigi ke kontol anaknya. Lantas Rina melihat anaknya mengacungkan tangan.

“Kalau aku jadi kamu, aku takkan berbuat seperti itu. Kecuali kamu mau kehilangan seluruh gigi setelahnya!”

Mata Rina menatap anaknya dengan penuh kebencian, tapi mulutnya mulai menghisap kontol.

“Nah, gitu dong. Kayak dibetterin aja nih!”

Andai bukan demi Henri, anaknya, Rina lebih memilih membunuhnya.

“Udah cukup. Aku gak mau keluar di mulut kamu.”

“Udah, hentikan!”

Rina memohon saat Henri bangkit dan mulai memegang pahanya. Rina menutup pahanya erat.

“Lebarkan kalau gak mau dilebar - paksakan!”

Mendengar ancaman lagi, Rina mencoba santai mengendurkan paha hingga bisa dilebarkan anaknya.

“Indahnya, basah lagi.” Kok bisa basah Pikir Rina. Pasti ada yang salah. Gak mungkin memeknya basah. Mungkin tubuhnya hanya menyiapkan keadaan. Entahlah. Rina merasa tak terangsang oleh anaknya dan kontolnya yang lebih besar dari suaminya. Tapi, mungkin memang terangsang, walau secuil. Yang pasti, amarahnya lebih besar dari yang secuil itu.

Rina mulai merasakan sentuhan kontol di memeknya. Namun kontol itu tak masuk jua.

“Masukin anjing!”

Sambil terisak, Rina meraih kontol dan membantu memasukan ke memeknya. Merasa dibantu, Henri lantas menusukan kontol ke memek hingga mentok.

“Oh”, engah Rina. Rina tak pernah merasa ditusuk sedalam ini. Helm kontol anaknya serasa menembus rahim. Sebelum Rina berpikir lagi, anaknya mulai memompa kontol. Ditarik, didorong. Rina mulai merasakan gairah. Kontol anaknya yang luar dari pada biasa ikut menggesek itilnya. Meski Rina mengutuk perbuatan anaknya pada dirinya, namun dia tak bisa menahan tubuhnya yang mulai merasakan kenikmatan.

“Dasar anak durhaka. Ayo, lebih cepet lagi!”

Kata - kata Rina bagaikan minyak yang disiram ke api unggun. Titik - titik sensitif di itilnya mulai membuat Rina lupa daratan, meski saat ini Rina memang sedang berada di daratan, tidak di laut dan atau udara. Kini Rina tak bisa lagi pura - pura tidak menikmati persetubuhan ini.

“Oh… Oh…”

Rina tak bisa berhenti mengerang sambil menggoyangkan pinggul mencoba menyambut setiap tusukan pinggul anaknya.

Hingga tiba saatnya, orgamse pun datang. Tubuhnya berkhianat, tubuhnya berkhianat. Rina mengerang dan tak bisa tak mengerang. Rina terjatuh dalam lautan kenikmatan.

Saat kesadarannya kembali pulih, Rina masih merasakan anaknya yang masih sibuk memompa layaknya superman, meski anaknya tak suka mendengarkan superman is dead.

“Bajingan, lebih cepat lagi. Bikin mama keluar lagi!”

Tubuh ibu dan anak itu beradu sambil mengeluarkan suara berisik. Rina menjadi gila akan kontol anaknya. Rina menjadi ingin dan ingin terus dientot oleh kontol anaknya itu. Bukan kontol sekedar kontol, namun ditambah unsur pemaksaan dan pelakunya adalah anak sendiri, membuat Rina tergila - gila.

Sambil memompa mama, tangan Henri bermain di susu dan meremasnya.

Seperti air yang selalu terjun di curug cinulang, orgasme Rina kini terus melandanya tiada henti. Saat kontol anaknya serasa ditusuk dengan lebih dalam lagi, saat itulah kontol anaknya menyemburkan peju yang langsung diterima oleh memek Rina. Peju itu terus menyembur seiring cengkraman memek pada kontol anaknya.

“Ohh… jauhkan tubuhmu dari mama bajingan!”

Henri berguling ke samping membuat kontolnya lepas dari memek Rina. Namun, Henri tak berkesempatan menjawab karena langsung tertidur.

***

“Ada apa ini mah? Apa Henri sakit? Pingsan?”

“Uh.. apa kamu gak ingat?”

Rina mengamati wajah anaknya, mencari sesuatu, yang ada di wajah.

“Ingat apa?”

“Apa kamu gak ingat yang terjadi tadi pagi?”

“Yang Henri ingat, terakhir Henri tidur di kamar.”

“Kapan itu?”

“Entahlah, mungin dini hari. Apa yang terjadi mah?”

“Entahlah.”

“Kok Henri bisa ada di kamar mama? Gak pake baju lagi?”

“Entahlah. Mama juga mau nanya gitu sama kamu. Apa kamu ngigau, terus jalan sambil tidur?”

“Gak tau tuh mah.”

“Ya udah, kamu ke kamarmu dulu. Biar mama masak.”

“Iya deh ma. Tapi, Henri gak bawa baju nih mah.”

“Ya udah. Mama merem deh.”

Rina menutup mata, namun tidak menutup telinga dan lubang lain di tubuhnya. Terasa kasur bergetar pertanda anaknya beranjak.

“Apa… mengapa?”

“Ada apa nak?”

Rina membuka mata lantas melihat anaknya sedang berdiri di samping ranjang sambil menunduk.

“Kok ada baju Henri di sini sih?”

“Mama gak tahu tuh.”

“Sungguh aneh tapi nyata, takkan terlupa.”

Henri lantas membungkuk meraih pakaiannya. Dengan pakaiannya itu Henri lantas menutupi selangkangannya.

“Nah ini punya mama!”

Henri lantas melemparkan pakaian, cd dan bh mamanya ke kasur.

“Makasih.”

Tangan Rina lantas meraih pakaian, namun malah membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot. Terpampanglah kini payudara Rina.

Oh tuhan, kata Henri melihat payudara mamanya, lantas membalikan badan, keluar dari kamar.

Setelah anaknya pergi, Rina mencoba merenungkan kembali apa yang terjadi, terjadilah. Rina yakin Henri tak menyadari atau mengetahui apa yang telah terjadi. Berarti ada dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama, Henri anaknya benar - benar jago bersandiwara, meski Rina akui dunia ini adalah panggung sandiwara.

Kemungkinan kedua, anaknya tidak sehat.

Jangan - jangan, anaknya berkepribadian ganda. Ganda campuran atau ganda kembang misalnya. Kalau gitu kasusnya, bagaimana caranya agar anaknya bisa berganti kepribadian?

Atau jangan - jangan kerasukan jin, iblis, setan dan atau sebangsanya?

Bingung, bingung Rina memikirnya. Apakah dia harus memberitahu semua pada anaknya, atau menunggu langkah selanjutnya dengan membawa anaknya ke dokter?

Sekarang, yang pasti Rina mesti bertanya apakah Henri tahu sesuatu mengenai Dudung.

Rina pun beranjak lantas berdiri. Saat melihat diri, Rina menyadari susunya yang masih ada sisa - sisa peju anaknya.

Apa anaknya harus diberitahu kalau dia baru saja memperkosa ibunya?

Apa anaknya harus diberitahu kalau susunya dipenuhi pejunya?

Akhirnya Rina putuskan untuk mandi. Karena hari masih sore, Rina putuskan untuk tidak mandi kembang. Setelah mandi, Rina memakai cd. Saat memasang bh, susunya terasa tak nyaman. Rina pun putuskan tak memakai bh. Lagian anaknya pun sudah melihat. Rina lantas memakai daster pendek selutut.

Saat melewati kamar anaknya, Rina melihat pintunya setengah terbuka. Rina putuskan untuk masuk. Ternyata anaknya sedang berbaring dengan hanya memakai handuk yang menutupi selangkangannya.

“Kenapa lagi nak?”

“Entahlah mah. Rasanya ada aneh.”

“Aneh gimana?” Rina mulai merasa takut.

“Entah, rasanya Henri seperti pingsan dan atau sejenisnya.”

“Kapan, barusan?”

“Bukan hanya barusan. Tapi kadang - kadang. Seperti tak ada energi, meski setelah meminum minuman energy drink.”

“Mau mama bawa ke dokter?”

“Entahlah mah. Henri merasa pegal - pegal. Juga gak nyaman.”

“Gak nyaman di mana?”

“Eh, di bawah mah,” kata Henri sambil menunjuk selangkangannya yang terbalut handuk.

“Maksudmu, di kemaluanmu?”

“Mah!”

“Ya udah, kamu mandi aja. Siapa tahu jadi enakan.”

“Iya deh.”

Rina lantas ke dapur dan duduk di kursi. Sepertinya anaknya menyadari suatu keganjilan. Selesai memasak, Henri tak muncul jua. Rina putuskan untuk ke kamarnya. Ternyata anaknya sedang berbaring di kasur, matanya menutup. Tubuhnya hanya memakai celana pendek saja. Rina menatap anaknya yang sedang tertidur.

“Henri, sayang.”

“Iya Rina!”

Anaknya menjawab. Matanya menatap mata anaknya yang membuka. Mata yang penuh nafsu, sepeti mata yang ditampilkan saat dia ingin dipanggil Dudung.

“Masih belum puas ya? Mau lagi?”

“Tidak. Bukan.”

Rina berteriak, mencoba bangkit dan berlari. Namun ternyata, tangan anaknya telah mengangkap kakinya.

“Tadinya aku pikir kamu gakkan kembali ke sini.”

“Oh tuhan, jangan lakuin ini. Tolonglah.”

Rina mencoba berontak saat tangan anaknya berusaha melepas cdnya.

“Udahlah. Aku juga tahu kamu pun menyukainya.”

Henri mendorong mamanya hingga berbaring di kasur. Meski berontak, namun cd Rina tetap lepas juga. Tenaganya bukanlah tandingan bagi tenaga anaknya. Dengan penuh ketakutan, Rina melihat anaknya melepas celana pendek yang dipakainya. Rasa takut kembali menyelimutinya saat Rina melihat kontol anaknya kembali terpampang

“Hentikan Dung, mama mohon. Jangan lakukan ini.”

Rina menekan dada anaknya, mencoba mendorong tubuhnya.

“Kenapa? Lagian kali ini kamu menyebut namaku tanpa salah.”

Henri meraih ujung daster dan mencoba menariknya ke atas. Rina mencoba mengembalikan posisi roknya. Namun akhirnya dasternya disobek oleh anaknya.

“Jangan… sudah…”

Tangan Henri lantas memegang tangan mamanya dan menekannya ke kasur.

“Mau ikut berpartisipasi atau mau diperkosa lagi?”

“Jangan lakuin ini pada mama… tolonglah.”

Rina berontak mencoba melepas tangannya.

“Baiklah, aku kasih kau kesempatan untuk berpartisipasi.”

Henri melepas satu tangan, lantas memegang kontol dan membimbingnya ke memek mamanya.

“Jangan.”

Rina berteriak. Tangannya mencakar wajah anaknya. Tak mempedulikan wajanya, Henri menekan kontol hingga masuk ke memek mamanya.

“Oh tuhan, tidak.”

Rina mengerang saat merasakan kontol anaknya kembali memenuhi memeknya. Tangan Henri kembali memegang tangan mama dan menekannya kembali ke kasur.

“OH… bajingan. Anak setan!”

“Ayolah Rin. Gak usah pura - pura gitu.”

Henri mulai memompa kontolnya. Sama seperti sebelumnya, tak butuh waktu lama bagi Rina untuk mulai merasa birahi. Meski Rina sangat membencinya, namun Rina tak bisa membuat tubuhnya menikmati rangsangan yang ada.

“Bajingan. Aku bunuh kau!”

Menyadari tubuh mamanya yang sudah merespon, Henri melepas cengkramannya.

“Mama benci kamu…”

Rina mengangkat pinggul saat anaknya membenamkan kontolnya. Kali ini, kakinya melingkari pantat anaknya. Tangannya mencengkram punggung hingga kukunya menancap di kulit anaknya. Rina merasakan tiap tusukan kontol anaknya membuat orgasmenya makin datang. Lalu, sesaat orgasmenya akan datang, anaknya tiba - tiba berhenti.

“Jangan berhenti bajingan!”

Pinggul Rina bergerak mencoba meraih orgasmenya yang hampir melanda. Rina menatap wajah anaknya yang penuh dengan ekspresi bengis. Lantas Rina merasa anaknya bergerak dan mengejang. Ekspresi wajah anaknya mulai berubah. Rina ketakutan. Rina tak tahu apa yang terjadi. Yang Rina tahu pasti, Rina tak bisa bergerak akibat rasa takutnya.

Rina hanya diam saat anaknya mulai mengeluarkan liur, bahkan mulutnya mulai berbusa. Rina tak tahu, apakah mulut anaknya yang berbusa itu seperti ular, seperti ular, sangat berbisa, sangat berbisa.

Sepeminuman teh kemudian, anaknya berhenti bergetar, lantas ambruk menimpa tubuhnya. Rina diam selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan berkata - kata.

“Nak, kamu kenapa?”

“Apa, dimana, kenapa ini?”

Perlahan, anaknya mengangkat kepala dan menatap Rina.

“Kamu Henri bukan?”

“Iya mah. Tapi…” wajah Henri tampak terkejut.

Perlahan, tangan anaknya mulai bergerak hingga tubuhnya mulai mengangkat. Matanya lantas mulai melihat ke bawah tubuhnya, tempat bagian tubuhnya yang menyatu dengan bagian tubuh mamanya.

“Oh tuhan, ada apa ini mah?”

Anaknya kembali menatap Rina. Wajahnya anaknya terlihat takut.

“OH Henri, mama senang kamu kembali nak,” tangan Rina memeluk anaknya, membuat anaknya kembali dalam pelukannya.

“Tapi, ada apa ini mah, kenapa ini?”

“Gak ada apa - apa. Tenangkan hatimu nak. Mama senang kamu kembali.”

Karena anaknya telah kembali, Rina menjadi senang. Tangannya memegang kepala anaknya, menariknya lantas menciumnya. Saat bibirnya sibuk mencium, Rina merasa kontol anaknya berdenyut. Rina begitu bahagia hingga lupa kalau memeknya masih terisi kontol anaknya. Rasa takut yang tadi menyelimutinya berganti dengan kelegaan dan kebahagiaan.

“Mah, kenapa Henri di sini?”

“Gak apa - apa nak. Nanti mama jelasin. Sekarang mama ingin kamu…”

“Henri mesti ngapain mah?”

“Mama ingin…” Rina tiba - tiba kehilangan keberaniannya.

“Ingin apa mah?”

Bagaimana mungkin Rina meminta anaknya mengentot dirinya. Kalau begitu, apa beda dia sama Dudung? Sama - sama memanjakan nafsu. Tapi, Rina melakukan ini sebelumnya karena Dudung memaksanya. Kali ini, Rina ingin anaknya, Henri, melakukan ini dengan penuh cinta. Apa anaknya akan memahami keinginannya menuntaskan birahi?

Lantas Rina merasa kontol anaknya kembali berdenyut lebih kencang seperti genderang mau perang. Rina merespon dengan mencengkram kontol anaknya dengan memeknya.

“Oh tuhan. Mah, maafin Henri.”

Henri meraik kontolnya, perlahan.

“OH, tidak. Jangan sayang,” Rina merintih saat merasakan kontol anaknya mulai ditarik…

“Maaf mah, Henri …” Henri kembali menusukkan kontol ke memek mama, “gak bisa berhenti.”

“Oh, iya nak. Jangan berhenti sayang.”

Lantas Henri mulai memompa kontolnya. Pompaannya dalam dan menusuk, tapi tidak sebrutal sebelumnya.

“Oh, mah… oh… mama..”

“Iya sayang… entot mama sayang…”

Tangan Rina kini mengelus dan membelai anaknya. Tak lupa, kakinya dia lingkarkan ke tubuh anaknya.

“Oh sayang… mama sayang sama kamu…” Rina mengerang saat orgasmenya makin dekat. “Terus nak, mama mau keluar…”

Rina merasa pompaan anaknya makin cepat hingga akhirnya Rina orgasme. Tubuhnya mengejang. Rina tak pernah orgasme senikmat ini.

Saat orgasmenya mereda Rina merasakan semburan peju ke dalam memeknya. Semburan itu membuat Rina kembali orgasme.

Setelah kontol anaknya berhenti menyemburkan peju, anaknya terkulai lemas di atas tubuhnya.

“Oh, mah, maafin Henri.”

Apakah Rina harus memberitahu anaknya kalau dia juga sama - sama menginginkannya ataukah Rina biarkan anaknya menanggung perasaan bersalah? Entahlah.

Yang pasti, saat anaknya berbaring di atasnya, saat kontol anaknya masih tetap terbenam di memeknya, Rina tahu kalau Dudung takkan pernah muncul lagi. Entah kenapa Rina seperti tahu Henri takkan membiarkan Dudung mengambil alih saat Henri bisa mendapatkan memek mamanya kapan pun juga.

Selesai.

Romantisme Janda Kembang dan Anaknya

Sensualitasnya sebagai seorang ibu masih sangat menarik. Tidak langsing memang, namun sudah ada lemak di mana-mana layaknya seorang ibu. Set...